Halaman

Senin, 22 Juli 2013

Praktek Shalat Witir Tiga Rakaat

Pertanyaan :
Saya mau bertanya tentang shalat witir dua rakaat setelah itu salam lalu ditambah satu raka’at lagi dan salam sehingga shalat witirnya menjadi 3 rakaat. Apa landasan amalan ini? Atas penjelasan ustadz, saya ucapkan terima kasih.

Jawaban:
Shalat witir adalah salah satu shalat sunnah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya. Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda :
اجْعَلُوا آجِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Jadikanlah shalat witir sebagai akhir shalat kalian di malam hari. (HR al-Bukhâri no. 948)

Dalam pelaksanaan shalat witir ini, Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam telah mencontohkan beberapa cara, diantaranya dengan praktek yang saudara tanyakan. Tiga rakaat tersebut boleh dilaksanakan dalam dua cara.

Pertama
, dilakukan dengan dua rakaat lalu salam kemudian disempurnakan dengan satu rakaat sebagai rakaat ketiganya. Praktek seperti ini pernah dilakukan oleh Ibnu Umar radhiyallâhu'anhu sebagaimana dijelaskan imam Nâfi’ rahimahullâh dalam pernyataan beliau:
أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَتَيْنِ 
وَ الرَّكْعَةِ فِيْ الوِتْرِ حَتَّى يَأْمُرَ بِبَعْضِ حَاجَتِهِ
Sesungguhnya Abdullah bin Umar radhiyallâhu'anhu pernah salam (mengakhirkan shalat) antara dua rakaat dengan satu rakaat dalam witir hingga memerintahkannya untuk memenuhi sebagian kebutuhannya.
(HR al-Bukhâri no. 991 dari Imam Mâlik dalam al-Muwatha’ 1/125. Lihat kitab Irwâ’ul Ghalîl 2/148 no.418).

Bahkan Ibnu Umar radhiyallâhu'anhu sendiri menyatakan:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَفْصُلُ الشَّفْعَ وَ الْوِتْرَ بِتَسْلِيْمٍ يُسْمِعُنَا
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam pernah memisahkan antara dua rakaat dan yang satu (dalam witir) dengan salam yang bisa kami dengar
Hadits ini dinyatakan shahîh oleh penulis kitab Shahîh Fikhus Sunnah dengan sebab jalur periwayatannya banyak. Hadits ini dikeluarkan oleh imam Ahmad 2/72, ath-Thahâwi 1/278 dan Ibnu Hibbân 2/35, wallâhu a’lam.


Oleh karena itu Ibnu Hibbân rahimahullâh dalam kitabnya Shahih Ibni Hibbân memberikan satu bab yang diberi judul, “Penjelasan Tentang Hadits yang Menunjukkan Nabi shallallâhu 'alaihi wasallam Pernah Memisahkan Antara Dua Rakaat dan yang Ketiga dengan Salam”.

Kedua
, dilakukan secara bersambung tiga raka’at dengan satu salam yaitu setelah raka’at ketiga. Praktek seperti ini dijelaskan oleh Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallâhu'anha dalam pernyataannya :
مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزِيْدُ فـِي رَمَضَانَ وَ لاَ فـِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَتً يُصَلِّى أَرْبَعً فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِـهِنَّ ثُـمَّ يُصَلِّى أَرْبَعً فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلِـهِنَّ ثُـمَّ يُصَلِّى ثَلاَثً
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam pada bulan Ramadhan dan diluar Ramadhan tidak pernah shalat lebih dari sebelas rakaat, Beliau shallallâhu 'alaihi wasallam shalat empat rakaat, jangan tanya tentang bagus dan panjangnya shalat beliau. Kemudian shalat lagi empat rakaat, jangan tanya tentang bagus dan panjangnya shalat beliau. Kemudian beliau shallallâhu 'alaihi wasallam shalat tiga raka’at.
(Muttafaqun ‘alaihi).

Wallahu a’lam
(Sumber : Shahîh Fiqhus Sunnah 1/388).

14 komentar:

  1. Berdasar akalnya orang MTA berpendapat bahwa yang dua reka'at itu bukan witir, karena witir itu artinya ganjil, sedang dua itu genap. Sehingga yang bisa diamalkan adalah yang 3 reka'at sekaligus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika sholat witir hanya mengacu pd arti witir itu ganjil,bagaimana jika ingin sholat witir 11 rokangat.apa gak lupa mengingat jumlah rokangat yg sdh dikerjakan.kita beribadah jangan pakai akal sendiri,tapi kita tiru guru kita.sebab guru pasti punya guru dan seterusnya sampai pd nabi.

      Hapus
    2. Yg dilakukan nabi 4,4,3 itu yg itu sholat witir.berarti nabi sholat witir 11 rokaat.malah dipakai utk sholat tarowih 4,4, kemudian witir 3 rokaat.

      Hapus
  2. Menurut akalnya Anonim berpendapat bahwa 2 itu genap bukan ganjil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul 100%.tapi yg namanya ibadah harus ada yg mulang.yaitu guru.tidak manut guru ilmunya dipertanyakan.tidak sah

      Hapus
  3. Sudaaah,,jangan dengar sii cingkraang,,,,hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. @tubagus.....
      Maksud anda cingkrang ini siapa ya?
      Maaf, soalnya Rasulullah itu cingkrang, para sahabatnya juga cingkrang...
      Ente benci ama Rasulullah??????
      Ente benci sama shohabat nabiy????
      Rasulullah pernah bersabda berkenaah dengan sunnah hidupnya "barang siapa membenci sunnahku,maka dia bukan golonganku....."

      Hapus
    2. hadits nabi yg itu betul.semua orang islam setuju.mk kita pasti ikut rosul,ikut sahabat rosul,ikut para ngulama warosatul an biyya

      Hapus
  4. Wahai teman2 yg di MTA carilah ilmu sepuasmu di MTA,tapi jangan senang membuat masalah.kerjakan sesukamu.jangan menilai amalan orang lain

    BalasHapus
  5. وَ اِنَّ هذِهِ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّ اَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُوْنِ. فَتَقَطَّعُوْا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ

    Sesungguhnya ummat ini (ummat Islam) adalah ummat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka masing-masing. [QS. Al-Mukminun : 52-53]

    BalasHapus
  6. Ikuti apa isi al quran & hadis..itu saja...dan pahami....

    BalasHapus
  7. Sak bejo-bejane wong lali sih bejo wong iling lan waspodo merem mingkem sedakep

    BalasHapus
  8. SAYA NDAK MAU KOMENTAR KARENA SAYA ORANG BODOH

    BalasHapus